Friday, May 9, 2025

SEJARAH ASSYEIH JALALUDDIN ALMAHALLI

SEJARAH RINGKAS 

ASSYEIH JALALUDDIN ALMAHALLI (pengarang tafsir jalalain)


Syekh Jalaluddin al-Mahalli (lahir 791 H/1389 M - wafat 864 H/1459 M) adalah seorang ulama besar yang dikenal karena karyanya dalam bidang tafsir, khususnya Tafsir Jalalain yang ditulis bersama muridnya, Jalaluddin as-Suyuthi. Beliau lahir di Kairo, Mesir, dan dikenal sebagai sosok yang cerdas dan memiliki pengetahuan luas di berbagai bidang ilmu. 


Biografi Singkat:

Nama Lengkap: Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim Al-Mahalli Al-Mishri Asy-Syafi'i. 

Gelar: Al-Mahalli, yang diambil dari kampung kelahirannya, Mahalla al-Kubra, di Kairo. 

Kelahiran: Tahun 791 H/1389 M. 

Kematian: Tahun 864 H/1459 M. 

Kehidupan: Beliau dikenal sebagai sosok yang sederhana dan berkepribadian mulia, meskipun ia seorang pedagang. 


Keahlian: Beliau menguasai berbagai ilmu, termasuk tafsir, ushul fikih, teologi, fikih, matematika, nahwu, dan logika. 

Karya: Tafsir al-Quran al-Adzim, Syarh al-Qawa'id, Syarh Tashil, dan banyak karya lainnya. 


Kecerdasan dan Keberkahan:

Imam As-Sakhawi dalam kitab Mu'jam Al-Mufassirin menyebut Al-Mahalli sebagai sosok imam yang pandai dan berpikiran jernih, bahkan kecerdasannya di atas rata-rata. Al-Mahalli juga memiliki kebiasaan untuk terus belajar dan berjuang mengarungi lautan ilmu, meskipun ia mengakui bahwa dirinya tidak mampu banyak menghafal. 


Tafsir al-Jalalain:

Al-Mahalli memulai penulisan Tafsir al-Jalalain dari awal Surah Al-Kahfi hingga akhir Surah An-Nas, dan kemudian menafsirkan Surah Al-Fatihah. Hasil karya Al-Mahalli yang belum selesai kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Syeikh Jalaluddin as-Suyuthi. Kitab ini kemudian menjadi salah satu kitab tafsir yang paling populer di Indonesia dan banyak digunakan di pesantren salaf.

SEJARAH IMAM SUYUTI

 SEJARAH IMAM SUYUTI 


Imam as-Suyuthi, dengan nama lengkap Jalaluddin Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin bin Al-Fakhr Utsman as-Suyuthi, adalah seorang ulama besar yang hidup pada abad ke-9 H. Beliau dikenal sebagai ulama yang sangat produktif dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang tafsir, hadis, dan fikih. 


Kelahiran dan Kehidupan Awal:

Imam as-Suyuthi lahir pada malam Ahad, awal bulan Rajab tahun 849 H, di daerah Al-Asyuth (sekarang dikenal sebagai Suyuth) di Mesir. 

Beliau lahir dari keluarga yang sederhana. 

Ayahnya, Kamaluddin Abu Bakar, adalah seorang ulama yang ahli dalam berbagai bidang ilmu, seperti fikih, ushul, dan debat. 

Imam as-Suyuthi menjadi yatim pada usia 6 tahun ketika ayahnya meninggal. 


Pendidikan dan Perkembangan:

Imam as-Suyuthi sangat giat dalam mencari ilmu dan belajar dari berbagai guru, termasuk Syaikh Syams as-Sairami, Syekh Alamuddin Solih bin Sirojuddin Umar al-Bulqini asy-Syafi\'i, dan Syarofuddin Yahya al-Munawi asy-Syafi\'i. 

Beliau berguru kepada sekitar 150 syaikh dan mendapatkan ijazah dari masing-masing guru. 

Imam as-Suyuthi dikenal sebagai ulama yang menguasai banyak bidang ilmu, termasuk tafsir, hadis, fiqih, nahwu, ma\'ni, bayan, dan badi. 

Beliau sangat produktif dalam menulis kitab, dengan perkiraan sekitar 500-600 karya. 


Karya-Karya Utama:

Kitab al-Itqan fi Ulum al-Qur'an:

Kitab ini membahas tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur'an, seperti ilmu tafsir, qiraat, dan ilmu bahasa Arab. 


Kitab at-Tahbir Fii Ulum at-Tafsir:

Kitab ini merupakan karya yang mirip dengan kitab Mawaqi' al-Ulum, tetapi dengan tambahan contoh-contoh dan pembahasan yang lebih rinci. 

Karya-karya lainnya:

Selain dua kitab utama di atas, Imam as-Suyuthi juga menulis berbagai kitab dalam bidang hadis, fiqih, dan disiplin ilmu lainnya. 


Meninggal Dunia:

Imam as-Suyuthi wafat pada malam Jumat, tanggal 19 Jumadal Ula tahun 911 H di Kairo, Mesir.

Beliau meninggal pada usia 61 tahun.

Jasadnya dimakamkan di luar pintu Qarafah, Kairo, dekat dengan makam Imam Syafi'i.

Thursday, May 8, 2025

LIMA QOIDAH POKOK DALAM QOIDAH FIQHIYYAH ----> Oleh: Kyai Muharror Khudlori

Disusun oleh Muharror Khudlori ,
Pengasuh PONPES AL-MUBARROK, Demak Jawa Tengah
Konsultasi wa 081228032825


*LIMA QOIDAH POKOK DALAM QOIDAH FIQHIYYAH*

Kaidah pertama:
الأمور بمَقَاصِدِها
(Semua Perkara tergantung pada niatnya)
Kaidah kedua:
اليَقِيْنُ لا يُزالُ بالشَكِّ
(Keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan)
Kaidah ketiga:
المَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَيْسِيْر
(Masyaqqot menarik kemudahan)
Kaidah keempat:
الضَرَرُ يُزالُ
(Bahaya dihilangkan)
Kaidah kelima:
العَادَةُ مُحَكَّمَة
(kebiasaan bisa dijadikan hukum)
5 kaidah dikumpulkan pada kaidah
جَلْبُ الْمَصَالِح وَدَرْءُ الْمَفَاسِدِ
Menarik kebaikan dan menolak kerusakan

PENGEMBANGAN KAIDAH 1
الأمور بمَقَاصِدِها
(Semua Perkara tergantung pada niatnya)
Dasar-dasar kaidah firman Alloh
ﻭﻣﻦ ﻳُﺮِﺩْ ﺛَﻮﺍﺏَ ﺍﻟﺪُﻧﻴﺎ ﻧُﺆْﺗِﻪ ﻣِﻨْﻬﺎ ﻭﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩْ ﺛﻮﺍﺏَ ﺍﻻﺧﺮﺓِ ﻧُﺆﺗِﻪِ ﻣِﻨﻬﺎ
‏( ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ145
“Barang siapa yang menghendaki pahala dunia niscaya kami berikan kepadanya pahala di dunia, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat niscaya kami berikan pula pahala akhirat itu”.
(QS. Ali – Imron : 145)
Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah saw:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكلِ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يََنْكِحُها فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْه
رواه البخاري ومسلم
"Sesungguhnya semua amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang digantungkan pada niatnya, maka barangsiapa yg hijrahnya untuk Alloh dan Rosulnya maka hijrahnya untuk Alloh dan Rosulnya, dan barangsiapa yg hijrahnya karena dunia yg didapatkannya atau wanita yg dinikahinya maka hijrahnya pada perkara yg dituju"
(Hadist diriwayatkan oleh imam
Bukhori dan Imam muslim).
١. ﻻ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﺇﻻ ﺑﺎﻟﻨﻴﺔِ
“Tidak ada pahala kecuali dengan niat”
٢. ﺍﻟﻌِﺒْﺮَﺓُ ﻓﻰ ﺍﻟﻌُﻘُﻮﺩِ ﻟﻠﻤَﻘَﺎﺻِﺪ ﻭﺍﻟﻤﻌﺎﻧﻰ ﻻ ﻟﻸﻟﻔﺎﻅ ﻭﺍﻟﻤَﺒَﺎﻧِﻰ
“Yang dianggap dalam aqad adalah tujuan dan makna bukan lafadz dan yg tdk punya makna
٣- ما يُشْتَرَطُ فِيْهِ التّعْيْنُ فَالْخَطَاءُ فِيْهِ مُبْطِلٌ
Perkara yang disyaratkan menentukan niat apabila salah maka batal
٤. ﻣَﻘَﺎﺻِﺪُ ﺍﻟﻠﻔﻆِ ﻋﻠﻰ ﻧِﻴَّﺔِ ﺍﻟﻼﻓِﻆِ
“tujuan lafadz itu tergantung pada niat orang yang melafadzkan”.
٥. ﻣﺎ ﻻ ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﺍﻟﺘَﻌﺮِﻳﺾُ ﻟﻪُ ﺟُﻤْﻠَﺔً ﻭﺗَﻔْصِيْلًا ﺇﺫﺍ ﻋَﻴَّﻨﻪُ ﻭَﺍَﺧْﻄﺎﺀ ﻟَﻢْ ﻳَﻀُﺮَّ
“perkara yang tidak disyaratkan menjelaskan secara keseluruhan atau terperinci bila ditentukan ternyata salah maka tidak batal.
٦. ﺍﻟﻨﻴﺔُ ﻓﻰ ﺍﻟﻴَﻤِﻴْﻦِ ﺗَﺨْﺼِيْصُ ﺍﻟﻠﻔﻆِ ﺍﻟﻌَﺎﻡِ ﻭﻻﺗَﻌْﻤِيمُ ﺍﻟﺨﺎﺹِّ
“Niat dalam sumpah mengkhususkan lafadz yang umum, dan tidak menjadikan umumnya lafadz yang khusus”.
٧. ﺍﻟﻤﻨﻘﻄﻊ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﻟﻌﺬﺭ ﻣﻦ ﺃﻋﺬﺍﺭﻫﺎ ﺇﺫﺍ ﻧﻮﻯ ﺧﻀﻮﺭﻫﺎ ﻟﻮ ﻻ ﺍﻟﻌﺬﺭ ﺣﺼﻞ ﻟﻪ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ
“Seseorang yang tidak dapat melaksanakan ibadah karena sesuatu halangan, padahal ia berniat untuk melakukannya jika tiada halangan, maka ia mendapatkan pahala”.
Kaidah kedua:
اليَقِيْنُ لا يُزالُ بالشَكِّ
(Keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan)
Rasulullah ﷺ bersabda:
لا يَنْصَرِفُ حتى يَسْمَع صَوْتًا أو يَجِدُ رِيْحًا
"Hendaknya ia tidak meninggalkan sholatnya sehingga ia mendengar suara atau mendapati bau (dari kentutnya)."
Juga hadits Rasulullah ﷺ dari Abu Sa'id Al-Khudri:
إذا شَكَّ أحَدُكُمْ في صَلاتِه، فَلَمْ يَدْرِ كَم صَلَّى ثَلَاثا أم أربَعا؟ فَلْيَطْرَحِ الشَكَّ وَلْيَبْنِ على ما اسْتَيْقَنَ
"Jika salah seorang kalian ragu-ragu dalam sholatnya dan dia tidak tahu apakah dia sudah sholat tiga atau empat rakaat, maka hendaklah dia buang keraguannya dan menetapkan hatinya atas apa yang ia yakini."
PENGEMBANGAN KAIDAH KE 2
اليقين لا يزال بالشك
١. ﺍﻷَﺻْﻞُ ﺑَﻘَﺎﺀُ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ
“Yang Asli adalah tetapnya sesuatu pada keadaan semula”
٢. ﺍﻷﺻﻞ ﺑَﺮَﺍﺀَﺓُ ﺍﻟﺬِّﻣَّﺔ
“Yang Asli adalah bebas dari tanggungan”
٣. ﻣﻦ ﺷَﻚّ ﻫﻞ ﻓَﻌَﻞَ ﺷﻴﺌﺎ ﺃﻭﻻ؟ ﻓﺎﻷﺻﻞُ ﺃﻧّﻪ ﻟﻢ ﻳَﻔﻌَﻠْﻪُ
“Bila seseorang ragu apakah dia sudah mengerjakan sesuatu atau belum, maka dia dianggap belum melakukan”
٥. ﺍﻷﺻﻞُ ﺍﻟﻌَﺪَﻡ
“yang Asli itu tidak ada.”
٦. ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﻛﻞّ ﺣﺎﺩﺙ ﺗﻘﺪﻳﺮﻩ ﺑﺄﻗﺮﺏ ﺯﻣﻦ
“yang Asli disetiap yg baru itu harus dikira-kirakan kepada masa yang lebih dekat.”
٧. ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ ﺣﺘّﻰ ﻳﺪﻝَّ ﺍﻟﺪّﻟﻴﻞُ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘّﺤﺮﻳﻢ
“yang Asli disemua perkara adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
٨. ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ
“yang Asli diperkataan adalah Kenyataan.”
.
9. ﺇﺫﺍ ﺗﻌﺎﺭﺽ ﺍﻷﺻﻞ ﻭﺍﻟﻈّﺎﻫﺮ قدم الاصل
“Kalau terjadi pertentangan antara Asal dan Dzahir maka dahulukan yg asli.”
١١. ﺇﺫﺍ ﺗﻌﺎﺭﺽ ﺍﻷﺻﻼﻥ عُمِلَ بالارجح منهما
“Apabila ada dua asal yang saling bertentangan.” Maka Yang lebih kuat harus dimenangkan
١١. ﻭﺍﻟﻈّﺎﻫﺮﺍﻥ ﺭﺑﻤّﺎ ﺗﻌﺎﺭﺽ ﻭﻫﻮ ﻗﻠﻴﻞ
“Dzahir itu kadang-kadang juga bertentangan dengan Dzahir lain, meskipun jarang terjadi.”
Kaidah ketiga:
المَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَيْسِيْر
(Masyaqqot menarik kemudahan)
Diantara dalilnya adalah firman Allah Ta'ala:
يُرِيدُ اللَّـهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
"Allah menginginkan kemudahan buat kalian dan tidak menginginkan kesulitan buat kalian."
dan juga firman Allah Ta'ala:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
"Dan tidaklah Allah jadikan atas kalian dalam agama ini suatu kesukaran."
Kemudian juga sabda Rasulullah ﷺ:
بُعِثْتُ بالحَنِيْفِيَّةِ السَّمْحَة
"Sesungguhnya aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan mudah."
dan juga sabda Rasulullah ﷺ:
يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا
"Permudahlah dan jangan mempersulit."

Pengembangan kaidah ke 3
1.
اَلْاَمْرُ اِذَا ضَاقَ اِتَّسَعَ
Perkara apabila sempit maka menjadi luas
2.
اَلْاَمْرُ اِذَا اتَّسَعَ ضَاقَ
Perkara apabila luas maka menjadi sempit

Kaidah keempat:
الضَرَرُ يُزالُ
(Bahaya dihilangkan)
Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah ﷺ:
لا ضَرَرَ ولَا ضِرَارَ
"Janganlah memberikan madhorot kepada orang lain dan juga diri sendiri."
Pengembangan kaidah ke 4
١. اَلضَّرُورةُ تُبِيْحُ المحظُوْرَةً
Madlorot dapat memperbolehkan yang dilarang
٢. اَلضَّرَرُ لَا يُزَالُ بِالضَّرَرِ
Madlorot tidak bisa dihilangkan dengan madlorot
٣. دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
Menolak kerusakan didahulukan dari pada mendatangkan manfa’at.

Kaidah kelima:
العَادَةُ مُحَكَّمَة
(kebiasaan bisa dijadikan hukum)
Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah ﷺ:
ما رَآهُ المُسْلمون حَسَنًا فهو عندَ اللهِ حَسَنٌ
"Apa yang kaum muslimin menganggapnya baik maka di sisi Allah juga baik."

11 Perkara Alloh SWT Datangkan Rizqi

 

Tolong Menolonglah Dengan Sesama

Ada 11 Perkara Alloh Datangkan Rizki

1. Hidup
2. Menikah
3. Punya Anak
4. Usaha/bekerja
5. Sholat Fardlu
6. Istigfar
7. Bersyukur
8. Bertaqwa
9. Bersabar
10. Sedekah
11. Menolong orang lain

JANGAN PERNAH KHAWATIR TIDAK MENDAPATKAN RIZKI, SELAMA KAMU MASIH HIDUP PASTI MENDAPATKAN RIZKI,.. TAPI KALO PENGEN RIZKINYA BERLIMPAH USAHAKAN DERMAWAN DAN SERING2 MENOLONG ORANG LAIN

Wednesday, May 7, 2025

Mari Bersedekah, Sedekah bisa menjadi tolak balak yang ampuh

Berbagi Itu Indah

 *SHODAQOH SEBAGAI TOLAK BALA' AMPUH*

فإن للصدقة تأثيرا عجيبا في دفع أنواع البلاء ولو كانت من فاجر أو من ظالم بل من كافر.
فإن الله تعالى يدفع بها عنه أنواعا من البلاء وهذا أمر معلوم عند الناس خاصتهم وعامتهم وأهل الأرض كلهم مقرون به لأنهم جربوه
_Ibnul Qoyyim mengatakan:_
_*Sungguh sedekah itu memiliki pengaruh yang luar biasa untuk mencegah berbagai macam bala bagi pelaku sedekah, meski ia seorang penggemar dosa, orang zalim atau bahkan orang kafir sekalipun.*Dengan sedekah, Allah mencegah berbagai macam bencana. Ini adalah perkara yang telah diketahui oleh semua manusia baik awam atau kalangan terpelajar. Semua penduduk bumi mengakui hal ini karena mereka telah membuktikannya.
Lebih lebih sedekah di waktu subuh.
Dengan hadirnya KOIN NU di rumah2, memberi kesempatan untuk memperoleh hikmah sedekah di waktu subuh walaupun hanya sedikit.
Al-Imam as-Suyuti menyebutkan dalam salah satu kitabnya( Al-Khumasy) bahwa pahala sedekah itu ada 5 macam:
أَنَّ ثَوَابَ الصَّدَقَةِ خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ : وَاحِدَةٌ بِعَشْرَةٍ وَهِيَ عَلَى صَحِيْحِ الْجِسْمِ ، وَوَاحِدَةٌ بِتِسْعِيْنَ وَهِيَ عَلَى الْأَعْمَى وَالْمُبْتَلَى ، وَوَاحِدَةٌ بِتِسْعِمِائَةٍ وَهِيَ عَلَى ذِي قَرَابَةٍ مُحْتَاجٍ ، وَوَاحِدَةٌ بِمِائَةِ أَلْفٍ وَهِيَ عَلَى الْأَبَوَيْنِ ، وَوَاحِدَةٌ بِتِسْعِمِائَةِ أَلْفٍ وَهِيَ عَلَى عَالِمٍ أَوْ فَقِيْهٍ اهـ
(كتاب بغية المسترشدين)
"Sesungguhnya pahala bersedekah itu ada lima kategori :
1. Satu dibalas sepuluh (1:10) yaitu bersedekah kepada orang yang sehat jasmani.
2. Satu dibalas sembilan puluh (1:90) yaitu bersedekah terhadap orang buta, orang cacat atau tertimpa musibah, termasuk anak yatim dan piatu.
3. Satu dibalas sembilan ratus (1:900) yaitu bersedekah kepada kerabat yang sangat membutuhkan.
4. Satu dibalas seratus ribu (1: 100.000) yaitu sedekah kepada kedua orangtua.
5. Satu dibalas sembilan ratus ribu (1 : 900.000) yaitu bersedekah kepada orang yg alim atau ahli fikih(yang mau mengajar), Guru2 Ngaji Kita.
Bughyatul Musytarsyidin.hal 107.